Translate

Jumat, 22 April 2011

Adakah Yang Lebih Baik Dari Al Quran ?



Sungguh…suatu nikmat yang besar bagi orang-orang yang beriman yaitu nikmat hidup yang selalu berlandaskan kepada petunjuk (al-Quran). 

Allah menganugerahkan kepada kita suatu pedoman jalan hidup yang sempurna. Allah juga memberi bukti keberhasilan dan keindahan suatu kaum yang telah menjalankan al-Quran sebagai pedoman hidup. Bagaimana mereka hidup dalam keteraturan dan keselarasan. Itulah masa Rasulullah dan para sahabat. Rasul diutus menjadi pembawa risalah dan bukti kesempurnaan al-Quran. Bila kemudian ada yang mengelak dan beralasan bahwa tidak mungkin lagi ber al-Quran seperti Rasulullah dan para sahabat dahulu karena perkembangan zaman, bukankah al-Quran diturunkan untuk seluruh manusia sampai akhir zaman!! Bukan Muhammad yang luar biasa, tetapi al-Quranlah yang membuatnya luar biasa. 
          Sehingga munculnya pribadi seperti Rasulullah adalah dikarenakan beliau telah menjalankan al-Quran, beliau bukanlah manusia yang dibentuk oleh lingkungan dan zamannya. Jadi dengan tidak adanya Muhammad sekarang, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menjalankan al-Quran sebagaimana yang telah beliau contohkan. Jika kita menjalankan al-Quran seperti halnya Rasul menjalankan al-Quran, kita pun akan bisa mewujudkan maunya Allah terhadap diri kita. Rasulullah diutus ke dunia sebagai contoh bagi seluruh umat manusia bagaimana semestinya berpetunjuk dengan al-Quran itu. Tetapi, meskipun petunjuk yang sempurna itu ada beserta bukti-buktinya dengan jelas, masih banyak manusia yang ragu menggunakan al-Quran sebagai pedoman hidup. Sehingga mempergunakan yang lainnya sebagai petunjuk selain al-Quran. Maka hendaklah kita perlu mengoreksi, meneliti, dan menilai diri berkaitan dengan penjelasan dan peringatan Allah dalam surat Luqman 1 - 7 berikut ini :
Alif lam mim (1) tilka ayatulkitaabil hakiim (2) Hudan waromatan lil’aalamiin (3) alladziina yuqiimuunasholaata wayu’tuunaz zakaata wahum bil aakhirotihum yuuqinuun (4) ulaa-ika ‘alaa hudan min robbihim wa-ulaaika humul muflihuun (5) waminan naasi man yasytarii lahwal hadiitsi liyudlilla ‘an sabiilillahir bighoiri ‘ilmi wayattakhidahaa huzuwaa. Ulaaika lahum ‘adzaabun muhiin. (6) wa-idzaa tutlaa ‘alaihi ayaatinaa wallaa mustakbiron ka-anlam yasma’haa ka-anna udzunaihi waqroo, fabashirhu bi’adzaabin aliim (7)

“Alif laam miim (1). Itulah ayat-ayat al-Kitab (yang telah ditetapkan) dengan sangat bijaksana (2) Merupakan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang ihsan. (3) Yaitu orang-orang yang menegakkan sholat, mendatangkan zakat dan mereka itu dengan akhirat meyakininya. (4) Mereka itulah orang-orang yang berada di atas petunjuk dari Rabb-nya dan mereka itulah orang-orang yang menang. (5) Dan di antara manusia ada orang yang mengada-adakan perkataan yang tidak bermutu (bernilai) untuk menyesatkan dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikan ayat-ayat itu sebagai olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (6) Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih (7)

(1) ALIF LAAM MIIM -
(2) ITULAH AYAT-AYAT AL-KITAB (YANG TELAH DITETAPKAN) DENGAN SANGAT BIJAKSANA - Kata itulah dalam ayat tersebut menunjukkan kepada apa-apa yang diwahyukan Allah yaitu al-Quran, suatu kitab yang berisi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan yang diturunkan secara tepat dan terukur sebagai bentuk keMahabijaksanaan-Nya dan keMahatahuan-Nya. Berarti, apa pun yang diturunkan adalah benar-benar yang terbaik bagi seluruh manusia. Begitulah kesadaran yang mesti muncul dari setiap diri, ketika membaca ayat-ayat atau wahyu.

(3) SEBAGAI PETUNJUK DAN RAHMAT BAGI ORANG-ORANG YANG IHSAN - Petunjuk adalah hakekat al-Quran, petunjuk adalah cirinya, eksistensinya, cahaya, pengarah yang gamblang dan jelas. Rahmat Allah sebagai bukti kasih sayang kepada hamba yang diberiNya gelar muhsinin. Orang-orang yang perbuatannya bernilai baik (ihsan) di mata Allah. Orang-orang yang selalu merasa bahwa Allah melihat setiap apa yang dia dikerjakan. Selalu merasakan pengawasan dari Allah. Allah selalu hadir dalam setiap gerak dan keputusannya. Hanya orang-orang muhsininlah yang akan mau dan mampu untuk berpetunjuk dengan al-Quran. Lalu siapakah orang-orang muhsinin itu?

(4) YAITU ORANG-ORANG YANG MENEGAKKAN SHALAT, MENDATANGKAN ZAKAT DAN MEREKA ITU DENGAN AKHIRAT MEYAKININYA - Allah menyebutkan beberapa ciri perbuatan yang melekat pada diri muhsinin. Pertama, menegakkan shalat. Menegakkan shalat disini, bukan hanya melaksanakan rukun dan syarat shalat saja. Tetapi, menjadikan apa-apa yang ada dalam shalat, hadir dan wujud dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan tergambar dan nampak akibat dari shalat tersebut, menjadikan diri tunduk, patuh, dan mau menjalankan ketentuan-ketentuan Allah, sehingga shalat itu mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Kedua, mendatangkan zakat. Zakat adalah wujud dari gambaran diri yang sadar bahwa harta yang dimilikinya merupakan rezki yang datangnya dari Allah. Sehingga muncul kesadaran dalam membelanjakan hartanya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan Allah. Zakat dapat mensucikan/membersihkan pandangan jiwanya terhadap harta. Membersihkan hatinya dari sifat bakhil, sombong dan dapat meneguhkan hubungan antar sesama. Memberikan dengan rela sebagian harta, baik di waktu lapang maupun sempit. Tahu bahwa ada hak orang lain yang harus dikeluarkan dari harta itu. Ketiga yaitu meyakini akan hari akhir. Yakin akan ada hari berhisab dan tahu persis apa yang akan dinilai pada hari berhisab itu. Penilaian atas segala perbuatan yang dilakukan di dunia adalah penguat paling penting (motivasi) dalam berbuat.  Keyakinan  hari  akhir  telah menjadi suatu metode  dalam menilai  semua  hasil   yang   telah   dicapai.  Segala   sesuatu akan disebut “bernilai” (bermanfaat) kalau sekiranya menghasilkan penilaian baik di hari akhir. Sehingga penilaian hari akhirlah yang menjadi dasarnya dalam berbuat dan berfikir.

(5) MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG BERADA DI ATAS PETUNJUK DARI RABB-NYA DAN MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG MENANG -  Ketika shalat tidak lagi sekedar memenuhi rukun dan syaratnya saja, ketika sholat tidak hanya gerakan-gerakan yang tak bermakna, tetapi telah berubah menjadi sesuatu yang muncul dan tegak dalam diri seperti yang digambarkan oleh Rasulullah sebagai tegaknya Dinn pada diri seseorang. Ketika infaq dan zakat menjadi karakter diri, dengan membelanjakan harta demi mencari keridhaan Allah, ketika perbuatan-perbuatan ihsan telah menjadi sesuatu yang diamalkan dan mereka percaya bahwa hari berhisablah yang merupakan ciri penutup yang menghubungkan dunia dengan akhirat, mengaitkan pangkal dengan ujung, perbuatan dengan ganjaran, ciri yang mengingatkan manusia bahwa ia tidak dilepaskan begitu saja, bahwa ia tidak diciptakan percuma, ditinggalkan begitu saja. Sehingga jika setiap diri mampu melakukan semua hal tersebut, merupakan suatu kemenanganlah yang mereka dapatkan menurut penilaian Allah.

(6) DAN DI ANTARA MANUSIA ADA ORANG YANG MENGADA-ADAKAN PERKATAAN YANG TIDAK BERMUTU (BERNILAI) UNTUK MENYESATKAN DARI JALAN ALLAH TANPA ILMU DAN MENJADIKAN AYAT-AYAT ITU SEBAGAI OLOK-OLOKAN. MEREKA ITU AKAN MEMPEROLEH AZAB YANG MENGHINAKAN - Begitu jelasnya petunjuk Allah yang Maha Tahu, Maha Perkasa, Maha Bijaksana, yang mengarahkan manusia kepada kebenaran, kebaikan, dan kemaslahatan hidup. Namun masih ada orang yang menganggap ada yang lebih baik dari petunjuk Allah (al-Quran), yaitu sesuatu yang berasal dari teori dan pemikiran manusia. Inilah sebodoh-bodoh manusia. Jenis yang oleh al-Quran disebut punya akal tapi tidak digunakan untuk berfikir, punya mata tapi tidak digunakan untuk melihat, punya telinga tapi tidak digunakan untuk mendengar, punya hati tapi tidak digunakan untuk merasakan. Sudah tahu bahwa itu adalah ayat dari Allah yang Maha Tahu, tetapi masih memilih dan mengikuti pemikiran manusia yang bodoh. Bagaikan orang yang tak mampu membedakan antara emas dan tembaga, bau harum dan bau busuk. Ayat ini mengancam bagi orang-orang yang sudah tahu dengan ayat, tetapi masih mencoba mengarahkan manusia dengan yang selain ayat. Dan mengancam pula bagi orang-orang yang mengatakan bahwa al-Quran adalah petunjuk yang diturunkan Allah, tetapi pada kenyataannya mereka tidak pernah mau menggunakan ayat dalam menyelesaikan segala persoalan hidup, serta tidak mau bersungguh-sungguh. Mereka tahu al-Quran adalah petunjuk, tetapi tidak berpetunjuk dengannya.

(7) DAN APABILA DIBACAKAN KEPADANYA  AYAT-AYAT KAMI,  DIA BERPALING DENGAN MENYOM-BONGKAN DIRI SEOLAH-OLAH DIA BELUM MENDENGARNYA, SEAKAN-AKAN ADA SUMBATAN DI KEDUA TELINGANYA, MAKA GEMBIRAKANLAH DIA DENGAN AZAB YANG PEDIH. - Beginilah gambaran yang diungkapkan Allah tentang makna beriman, bahwa keimanan seseorang itu tidak diukur dari segala macam asesoris jasad yang ia kenakan  seperti  baju,   atribut, dan  simbol ke-Islaman lainnya. Tidak juga dari  asesoris  gelar seperti haji, ustadz, kyai, Cendikiawan   muslim,   atau   yang  lainnya. Tetapi Allah melihat dari bentuk yang paling nyata dari adanya iman dalam diri seseorang, yaitu sikap dan tanggapannya terhadap ayat yang telah diturunkan. Sekiranya apa yang dia perbuat tidak seperti apa yang menjadi maunya ayat, maka nilai dirinya tidak lebih dari orang yang MENDUSTAKAN. Jadi alangkah ironinya menjadi seorang muslim tapi tidak tahu apa-apa tentang al-Quran, terlanjur diberi gelar ustadz, cendikiawan muslim tapi tidak tahu ayat, lebih mengerikan lagi orang yang tahu al-Quran, tetapi tidak pernah muncul dari dirinya gambaran dari pengamalan ayat. Yang terjadi justru apabila dibacakan ayat-ayat Allah maka mereka berpaling dari mendengarkannya seraya bersikap takabur, seakan dia tidak mendengarkan dan seakan pada kedua telinganya terdapat sumbatan sehingga ia tidak dapat mendengarkannya dan lebih-lebih untuk menangkap dan merenung-kan maknanya. Allah sangat murka jika sudah dibacakan ayat tapi acuh tak acuh menanggapinya seolah-olah dia tuli, tidak mau menjadikannya sebagai jalan keluar atas permasalahan. Sehingga Allah pun  memperolok-olok mereka dan akan meng-gembirakannya dengan azab yang pedih. Itulah balasan bagi orang-orang yang tidak menjadikan al-Quran sebagai pedoman dan  petunjuk hidupnya.
               Sebagai makhluk, manusia diciptakan dalam kondisi lemah dan tak berilmu, serta tak tahu menahu (buta dan tuli) tentang peta hidup yang akan ditempuhnya. Namun Rabb Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana telah membekalinya dengan petunjuk penuh hikmah. Sebuah petunjuk yang dengan pasti akan mengantarkannya pada kemenangan dan menyelamatkannya dari siksa yang menghinakan. Maka kenikmatan apalagi yang akan kita cari selain kenikmatan hidup di atas petunjuk yang telah diwahyukan oleh Sang Maha Hidup? Namun, sungguh kesombongan makhluk bernama manusia itu telah melampaui batas. Sudah jelas dia hanyalah makhluk lemah yang bergantung sepenuhnya pada petunjuk Penciptanya, namun ketika petunjuk dari Rabb itu datang kepadanya dia justru mengolok-olok petunjuk itu dan berpaling pada petunjuk lain. Petunjuk yang hanya akan menyesatkan dirinya dari tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu jalan hidup yang dibangun dengan keyakinan pada datangnya hari berhisab. BAGAIMANA MUNGKIN PETUNJUK SEJATI YANG TELAH PASTI DARI SISI RABB TIDAK DIAMBIL DAN DIMILIKI SEBAGAI PILIHAN HIDUP dan justru mengambil petunjuk lain yang datangnya dari makhluk? Lalu bagaimana mungkin makhluk buta tak berilmu bertanya pada makhluk lain yang ternyata juga tuli dan bisu? Dan bagaimana mungkin “kedua” makhluk tak berpetunjuk itu bisa saling memberikan petunjuk?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar